KTR Indonesia

Singkat, Tepat, Jelas

Joki Balap Liar ke Kapolda Metro: Kalau Belum Punya SIM Boleh Ikut Balapan, Pak?

KTRINDONESIA.COM – Polda Metro Jaya mengadakan diskusi terkait rencana street race yang bakal digelar pada 15 Januari 2022. Aparat menggandeng komunitas, mekanik, joki, hingga Ikatan Motor Indonesia (IMI) untuk mendengar masukan penyelenggaraan event tersebut.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran menyampaikan balapan jalanan atau street race yang digandrungi anak-anak muda merupakan hobi yang dilatarbelakangi oleh passion jadi perlu diberikan wadah. Sebab jika dilarang pun rentan untuk muncul kembali.

“Ini kan seperti hobi anak-anak muda, hobi remaja yang lain seperti main bola, kemudian main badminton, hobi apa lagi lah yang disenangi remaja. Kan tidak bisa ini waktunya hanya 3 bulan sekali, ya kan? apalagi kalau nanti dipertandingkan, kan mereka butuh latihan. Itu salah satu masukkannya, jadi mereka minta supaya ada tempat, dan tidak boleh tempat itu hanya pada waktu tertentu,” ungkap Fadil saat ditemui detikcom, Kamis (24/12/2021).

Pihaknya bersama IMI juga tengah memikirkan bagaimana sistem balap yang berkelanjutan bisa dibuat. Di sisi lain, Fadil mengungkapkan para joki jalanan tidak hanya ingin menyalurkan hobinya saat event balapan digelar.

“Iya, ini yang menurut kami juga harus dipikirkan bersama. Karena anak muda kan memiliki energi, apalagi Gen Z. Gen Z memiliki energi yang begitu besar, ekspresi yang meledak-ledak, dan memiliki prinsip-prinsip yang begitu kuat kalau kita tidak bisa memberikan argumentasi yang masuk dalam pikiran mereka,” ujar dia.

Salah satu pertanyaan kedua ialah terkait Surat Izin Mengemudi. Fadil mengungkap ada pertanyaan mengenai syarat umur dan izin balapan.

“Yang kedua, misalnya soal umur. ‘Pak apakah yang harus punya SIM, karena kan yang punya SIM harus dewasa, 18 tahun ke atas’. Kalau dia sudah dewasa, maka dia akan terlambat untuk, kalau memang ingin jadi pebalap pro. Marc Marquez itu mulai membalap di umur 12 tahun,” tutur Fadil.

Lalu bagaimana respon dari Polda Metro Jaya soal pebalap jalanan yang belum punya SIM karena umurnya belum masuk syarat?

“Ada beberapa persyaratan yang harus kita sepakati bersama, seperti misalnya harus ada izin dari orang tua. Yang kedua, kalau nanti menggunakan fasilitas yang kita sepakati bersama di Ancol, mereka harus menggunakan pakaian balap, jadi nggak boleh lagi balap tanpa perlengkapan balap yang memadai, karena keselamatan menjadi prioritas kita,” ujar Fadil.

“Kita punya IMI, kalau berbicara soal idealisme dan bagaimana membangun atlet yang profesional tentu ada tahapan-tahapan. Tentu tahapan-tahapan menuju ke sana akan kita lalui. Tapi yang penting ada dulu, supaya mereka tidak ke jalan, supaya tidak mengganggu lalu lintas,” tambah dia.

Pernyataan lain dari peserta diskusi terkait street race yakni hanya akan lebih menguntungkan komunitas yang telah mapan. Namun, para pembalap jalanan yang selama ini tidak memiliki komunitas bisa semakin terpinggirkan.

“Yang lain juga yang mereka sampaikan soal ‘jangan sampai nanti pak begitu kita sudah ada sirkuit ini hanya pemegang merek atau bengkel-bengkel besar yang akan menguasai nanti. Padahal ini kan untuk kami yang di kampung-kampung ini’, kira-kira begitu,” ungkap dia.

Fadil mengatakan turut menggandeng Agen Tunggal Pemegang Merek dan Ikatan Motor Indonesia. Masing-masing pihak punya kontribusi berbeda untuk mengubah stigma tentang balapan liar.

“Kalau ATPM lebih cenderung kepada pendidikan, jadi kan membalap ini butuh ilmu sebenarnya, sama seperti main bola tidak bisa kemudian pegang bola, ambil sepatu langsung hebat,” kata dia.

“Untuk keselamatan kita sudah sepakat dengan IMI, Direktur Roda Dua IMI untuk menyiapkan perlengkapan balapa, mulai dari helm, body protector, wearpack, sampai sepatu, nanti itu disiapkan gratis oleh IMI,” jelasnya.

“Dari awal kita sudah melibatkan semua pihak bergerak bersama. Dalam transformasi yang saya lakukan. Community partnership, community mobiliziation itu menjadi ruhnya, itu wajib, kita harus bergerak bersama,” ujar Fadil.